05 Januari 2008

SENI

SENI

SENI ADALAH : Ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsue-unsur keindahan, dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain.

KESENIAN DIBAGI 4 JENIS :

  1. Seni Musik adalah curahan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk nada dan syair yang indah.
  2. Seni Rupa adalah curahan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk rupa / gambar-gambar.
  3. Seni Drama adalah curahan perasaaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk gerak bercerita yang diramu dengan musik yang sesuai.
  4. Seni Tari adalah curahan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk gerak anggota badan yang teratur dan berirama.

SENI BUDAYA adalah Kreasi seni, baik dalam bentuk Musik, Rupa,Drama, maupun Tarian yang lahir dan berkembang serta dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat di suatu daerah, dan menjadi ciri khas daerah tersebut.

  1. SENI MUSIK

Dalam Seni Musik terdapat 2 (dua) unsur yaitu : Vocal dan Instrument.

Vocal adalah alunan nada-nada yang keluar dari suara manusia.

Instrument adalah nada-nada yang keluar dari alat musik yang digunakan.

TEKNIK VOCAL adalah : Cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring.

UNSUR-UNSUR TEKNIK VOCAL :

  1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas.
  2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan.

Pernafasan di bagi tiga jenis, yaitu :

- Pernafasan Dada : cocok untuk nada-nada rendah, penyanyi mudah lelah.

- Pernafasan Perut : udara cepat habis, kurang cocok digunakan dala menyanyi, karena akan cepat lelah.

- Pernafasar Diafragma : adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk menyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, mempunyai power dan stabilitas vocal yang baik.

  1. Phrasering adalah : aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga

mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

  1. Sikap Badan : adalah posisi badan ketika seseorang sedang nyanyi, bisa sambil

duduk, atau berdiri, yang penting saluran pernafasan jangan sampai terganggu.

  1. Resonansi adalah : usaha untuk memperindah suara dengan mefungsikan rongga-

rongga udara yang turut bervibrasi/ bergetar disekitar mulut dan tenggorokan.

  1. Vibrato adalah : Usaha untuk memperindah sebuah lagu dengan cara memberi

gelombang/ suara yang bergetar teratur, biasanya di terapkan di setiap akhir sebuah kalimat lagu.

  1. Improvisasi adalah usaha memperindah lagu dengan merubah/menambah sebagian melodi lagu dengan profesional, tanpa merubah melodi pokoknya.
  2. Intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat.

Syarat-syarat terbentuknya Intonasi yang baik :

a. Pendengaran yang baik

b. Kontrol pernafasan

c. Rasa musical.

NADA adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap detiknya.

SIFAT NADA ADA 4 (EMPAT) :

  1. FITCH yaitu ketepatan jangkauan nada.
  2. DURASI yaitu lamanya sebuah nada harus dibunyikan
  3. INTENSITAS NADA yaitu keras,lembutnya nada yang harus dibunyikan.
  4. TIMBRE yaitu warna suara yang berbeda tiap-tiap orang.

AMBITUS SUARA adalah luas wilayah nada yang mampu dijangkau oleh seseorang.

Seorang penyanyi professional harus mampu menjangkau nada-nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sesuai dengan kemampuannya.

CRESCENDO adalah suara pelan berangsur-angsur keras.

DESCRESCENDO adalah suara keras berangsur-angsur pelan.

STACATO adalah suara dalam bernyanyi yang terpatah-patah.

SUARA MANUSIA DIBAGI 3 (TIGA) :

  1. Suara Wanita Dewasa ;

- Sopran (suara tinggi wanita)

- Messo Sopran (suara sedang wanita)

- Alto (suara rendah wanita)

  1. Suara Pria Dewasa :

- Tenor (suara tinggi pria)

- Bariton (suara sedang pria)

- Bas (suara rendah pria)

  1. Suara Anak-anak :

- Tinggi

- Rendah.

TANGGA NADA DIATONIS adalah rangkaian 7 (tujuh) buah nada dalam satu oktaf yang mempunyai susunan tinggi nada yang teratur.

Tangga Nada Diatonis Mayor adalah Tangga Nada yang mempunyai jarak antar nadanya 1 (satu) dan ½ (setengah).

Ciri-ciri tangga nada Diatonis Mayor :

  1. Bersifat riang gembira
  2. Bersemangat
  3. Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada Do = C
  4. Mempunyai pola interval : 1 , 1 ,. ½, 1 , 1 , 1, ½

Ciri-ciri Tangga nada Diatonis Minor :

  1. Kurang bersemangat.
  2. Bersifat sedih
  3. Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada La = A
  4. Mempunyai pola interval : 1 , ½ , 1 , 1 , ½ , 1 , 1 .

Catatan : Teori ini kurang sesuai dengan musik Dangdut yang banyak berkembang di Indonesia.

Contoh Lagu yang bertangga nada Mayor : Maju Tak Gentar, Indinesia Raya, Hari merdeka, Halo-halo Bandung, Indonesia Jaya, Garuda Pancasila, Mars Pelajar.

Contoh Lagu yang bertangga nada Minor : Syukur, Tuhan, Gugur Bunga.

TANGGA NADA KROMATIS adalah tangga nada yang mempunyai jarak antar nadanya hanya ½ . Contoh : C – Cis – D – Dis- E – F – Fis – G – Gis – A – Ais – B

TANGGA NADA ENHARMNONIS adalah rangkaian tangga nada yang mempunyai nama dan letak yang berbeda, tetapi mempunyai tinggi nada yang sama.

Contoh : Nada Ais-Bes, Cis-Des, Gis-As, Dis-Es, Fis-Ges.

JENIS-JENIS ALAT MUSIK :

  1. Alat musik Melodis adalah alat musik yang bernada, tetapi tidak bisa membentuk

Accord, contoh : Biola, Recorder, Pianika, Harmonika, Saxophone, Tropet.

  1. Alat musik Ritmis adalah alat musik yang berfungsi untuk menegaskan ketukan

dan biasanya tidak bernada. Contoh : Drum, gendang, tamborin, Castanyet, triangle, gong.

  1. Alat musik Harmonis adalah alat musik yang mampu membuat melodi dan juga

mampu membentuk accord. Contoh : Gitar, Piano, Key Board, Acordeon.

ACORD adalah rangkaian 3 (tiga) buah nada atau lebih, bila dibunyikan secara serempak maka akan terdengar indah dan harmonis.

JENIS/GOLONGAN ALAT MUSIK :

\ A. Alat Musik Pukul , contoh : triangle, tamborin, kastenyet, ring bell, tambur,

genderang, belira, set drum, gendang, kolintang, angklung.

  1. Alat Musik Tiup, contoh : Recorder, harmonica, pianika, terompet, saksofon.
  2. Alat Musik petik, contoh : Gitar, ukulele, mandolin, harpa, sitar.

FUNGSI SENI TERBAGI MENJADI :

  1. FUNSI INDIVIDUAL
    1. Untuk memenuhi kebutuhan fisik
    2. Untuk memenuhi kebutuhan Emosional
  2. FUNGSI SOSIAL
    1. Dalam bidang Agama
    2. Dalam bidang Pendidikan
    3. Dalam bidang Komunikasi
    4. Dalam bidang Rekreasi

APRESIASI yaitu Totalitas kegiatan yang meliputi penglihatan, pengamatan, penilaian, dan penghargaan terhadap suatu karya seni.

BIRAMA adalah ketukan tetap yang berulang-ulang pada sebuah lagu. Contoh birama :

2/4 , 3/4 , 4/4 , 6/8

PADUAN SUARA adalah Penyajian musik vocal yang terdiri dri 15 orang atau lebih yang memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menampakan jiwa lagu yang dibawakan.

JENIS-JENIS PADUAN SUARA :

  1. Paduan Suara UNISONO yaitu Paduan suara dengan menggunakan satu suara.
  2. Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang menggunakan 2 suara manusia yang sejenis, contoh : Suara sejenis Wanita, Suara sejenis Pria, Suara sejenis anak-anak.
  3. Paduan Suara 3 sejenis S - S – A, yaitu paduan suara sejenis dengan menggunakan suara Sopran 1, Sopran 2, dan Alto.
  4. Paduan Suara 3 suara Campuran S – A – B, yaitu paduan suara yang menggiunakan 3 suara campuran , contoh : Sopran, Alto Bass.
  5. Paduan suara 3 sejenis T- T – B, yaitu paduan suara 3 suara sejenis pria dengan suara Tenor 1, Tenor 2, Bass.
  6. Paduan Suara 4 suara Campuran, yaitu paduan suara yang mengguanakan suara campuran pria dan wanita, dengan suara S – A – T – B. Sopran, Alto, Tenor, Bass.

DIRIGEN / CONDUCTOR adalah orang yang memimpin Paduan Suara.

Syarat-syarat seorang Dirigen/ Conductor yang baik :

  1. memiliki sifat kepemimpinan
  2. memiliki ketahanan jasmani yang tangguh
  3. sebaiknya sehat jasmani dan rohani
  4. simpatik
  5. menguasai cara latihan yang efektif
  6. memiliki daya imajinasi yang baik
  7. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan bermain musik.

TANDA DINAMIK adalah tanda utuk menyatakan keras, lembutnya sebuah lagu yang dinyanyikan. Contoh-contoh Tanda Dinamik :

1. f : forte = keras

2. ff : fortissimo = sangat keras

3. fff : fortissimo assai = sekeras mungkin

4. mf : mezzo forte = setemgah keras

5. fp : forte piano = mulai dengan keras dan diikuti lembut

6. p : piano = lembut

7. pp : pianissimo = sangat lembut

8. ppp : pianissimo possibile = selembut mungkin

9. mp : mezzo piano = setengah lembut

PERUBAHAN TANDA DINAMIKA :

- Diminuendo (dim) : melembut

- Perdendosi : melembut sampai hilang

- Smorzzande : sedikit demi sedikit hilang

- Calando : mengurangi keras

- Poco a poco : sedikit demi sedikit / lambat laun

- Cresscendo : berangsur-angsur keras

- Decrsescendo : berangsur-angsur lembut

TANDA TEMPO adalah tanda yang diguakan untuk menunjukan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang harus dinyanyikan. A.TANDA TEMPO CEPAT :

1. Allegro : cepat

2. Allegratto : agak cepat

3. Allegrissimo : lebih cepat

4. Presto : cepat sekali

5. Presstissimo : secepat-cepatnya

6. Vivase : cepat dan girang

B. TANDA TEMPO SEDANG :

1. Moderato : sedang

2. Allegro moderato : cepatnya sedang

3. Andante : perlahan-lahan

4. Andantino : kurang cepat

C. TANDA TEMPO LAMBAT :

1. Largo : lambat

2. Largissimo : lebih lambat

3. Largeto : agak lambat

4. Adagio : sangat lambat penuh perasaan

5. Grave : sangat lambat sedih

6. Lento : sangat lambat berhubung-hubungan.

PERMATA / CORONA adalah tanda untuk menambah hitungan menurut selera.

SENI BUDAYA adalah Kreasi seni, baik dalam bentuk Musik, Rupa,Drama, maupun Tarian yang lahir dan berkembang serta dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat di suatu daerah, dan menjadi ciri khas daerah tersebut.

JENIS-JENIS MUSIK DAERAH JAWA BARAT (KARAWITAN) :

1. Angklung

2. Calung

3. Tembang Sunda

4. Gamelan (degung, kliningan, jaipongan, ketuk tilu, wayang golek)

5. Terbangan (genjringan)

6. Gembyung (banyak berkembang di Kuningan)

7. Tarling ( berkembang di Cirebon)

8. Rengkong

9. Rudat

10. Pencak silat

10. Sisindiran

11. Kuda ronggeng

12. Kuda lumping

13. Tari Topeng Cirebon

14. Musik Pop Sunda

FUNGSI ALAT MUSIK :

  1. Pengiring lagu
  2. Pengiring Tari
  3. Pengiring Upacara Adat.

TOKOH-TOKOH KARAWITAN SUNDA :

  1. Rd. Mahyar Angga Kusumadinata
  2. Koko Koswara (Mang Koko)
  3. Daeng Soetigna
  4. Udjo Ngalagena
  5. Nano Suratno

UNSUR-UNSUR MUSIK (KARAWITAN) :

1. Bunyi (Nada)

2. Irama/Wirahma

3. Birama/Metrum

4. Melodi

5. Harmoni

JENIS-JENIS TARI

A.JENIS TARI MENURUT FUNGSI DAN TUJUANNYA :

1. Tari Upacara

2. Tari gembira

3. Tari pertunjukan

B.JENIS TARI BERDASARKAN GAYANYA:

1. Tari Tradisionil

a. Tari Rakyat, gerakannya sederhana,musikny sederhana,busana dan riasannya

juga sederhana. Berkembang di kalangan rakyat biasa.

b. Tari Klasik,berkembang dikalangan istana (bangsawan) dan telah ditentukan

baik gerakan maupun aturannya, sehingga mempunyai nilai yang tinggi.

2. Tari Kreasi Baru (Modern)

C.JENIS TARI DILIHAT DARI PENYAJIANNYA :

1. Tari Tunggal

2. Tari berpasangan (duet)

3. Tari Kelompok

D.JENIS TARI MENURUT TEMANYA :

1. Tari Dramatik (Tari Bercerita)

2. Tari non Dramatik

UNSUR-UNSUR TARI :

  1. WIRAGA yaitu gerak utama dalam tari
  2. WIRAMA yaitu irama yang menyatu dengan tarian

WIRASA yaitu penghayatan penari terhadap gerak tari yang dilakukan

TEATER UNTUK PENDIDIKAN

Oleh Rainy MP Hutabarat

Dalam masyarakat kita, umumnya teater lebih dikenal sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan. Teater adalah panggung hiburan: Ada penonton, ada yang ditonton, ada skenario, ada sutradara, ada pemeran utama, ada pemeran pembantu, dan seterusnya…
Dalam kehidupan gereja-gereja, teater adalah media yang tidak populer. Tempat teater dalam kehidupan gereja pertama-tama adalah dalam perayaan hari-hari besar gerejawi khususnya Natal dan Paskah. Itu pun bukan dalam ibadah umum dan resmi, melainkan ibadah kategorial yang bersifat perayaan, terutama dalam pelayanan Sekolah Minggu dan Pemuda. Bahkan, liturgi yang memanfaatkan unsur-unsur teater diberi label “ibadah eksperimen”. Karena itu, di lingkungan gereja-gereja di Indonesia, teater hampir-hampir tidak berkembang.
Banyak alasan mengapa gereja-gereja tidak mengembangkan teater sebagai upaya memperkaya bukan saja bentuk-bentuk liturgi tetapi juga pengembangan kehidupan persekutuan. Para reformator seperti Martin Luther dikenal “alergi” bukan saja terhadap simbol-simbol keagamaan, apalagi yang termasuk seni, tetapi juga terhadap teater. Pengaruh ini terus berlanjut hingga kini.
Selain terlanjur “curiga” terhadap seni, alasan yang kerap dikemukakan adalah kurangnya sumber daya manusia yang mampu mengembangkan teater untuk konteks gereja. Namun, di samping alasan ini, pengaruh dari era Reformasi ternyata terus berlanjut hingga kini.
Jika ditarik kesejajaran antara teater dan liturgi, dapat dikatakan bahwa teater adalah juga liturgi![1] Sebagaimana halnya teater, dalam liturgi ada skenario, ada peserta (liturgis dan jemaat), ada pembagian peran, ada pesan, ada alur dan episode dan ada respons. Sama seperti liturgi, teater dapat dikemas dalam bentuk yang partisipatif maupun searah. Terlepas dari aspek muatan, teater pada dasarnya adalah salah satu bentuk liturgi.
Ditinjau dari segi etimologis, liturgi juga bisa disejajarkan dengan teater. Kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia, yang merupakan gabungan dari kata leitos (publik, dari laos = orang banyak) dan ergon (karya) yang artinya karya publik. Dan realitasnya, baik liturgi maupun teater merupakan karya publik walaupun yang satu berkaitan hidup keagamaan.
I. Apakah “Teater Untuk Pendidikan”?
a) Belajar dari Augusto Boal[2]
Teater untuk pendidikan adalah sebuah konsep yang luas. Konsep ini pertama-tama dipopulerkan oleh para aktivis pembebasan di Amerika Latin, khususnya teolog Augusto Boal. Boal melalui teater yang dikelolanya pada dasawarsa 60-an memfungsikan teater sebagai alat pengorganisasian, mobilisasi hingga media pencerahan bagi berjuta kaum miskin dari satu perkampungan ke perkampungan lainnya. Itu sebabnya di Brasil, teater menjadi momok yang menakutkan bagi para jendral. Menurut junta pada saat itu, rakyat yang tercerahkan akan menjadi kekuatan maha dahsyat sehingga gerakan kultural untuk pembebasan kaum tertindas perlu dihentikan. Para militer membunuh atau memenjarakan para aktivis teater.
Terinspirasi oleh teologi pembebasan yang dikembangkan oleh Freire, Boal mengembangkan teater untuk pembebasan. Menurut Boal, ada dua macam teater kaum tertindas, yaitu pertama, teater yang dilakukan oleh para aktor profesional dan teater yang dipraktikkan oleh mereka yang tertindas di tingkat akar rumput. Yang terakhir inilah yang disebut teater untuk pembebasan atau teater untuk pendidikan.Dalam mempraktikkan teater untuk pembebasan, Boal menggunakan proses pematangan melalui empat tahap workshops. Tahap pertama, pelatihan gerak tubuh untuk memekakan seluruh indera untuk menyempitkan perbedaan antara merasakan dan menyentuh. Hal ini penting untuk mematerialkan apa yang ada di benak setiap individu yang terlibat dalam pementasan ke dalam gerak. Tahap kedua adalah bagaimana seorang aktor berlatih untuk mengucapkan bahasa tubuh dan indera yang selanjutnya dipolitisasi melalui tema-tema sosial yang dipilih yang menghasilkan repertoar-repertoar (sandiwara) yang beraneka ragam. Repertoar-repertoar tersebut disadari atau tidak seringkali mengkritisi serta mengulas teori-teori besar, ataupun pemikiran keseharian, yang tidak perlu disampaikan oleh seorang profesor doktor. Tahap ini sangat membantu memberikan pendidikan sosial yang mencerdaskan. Tahap ketiga, bersama-sama mengeksplorasi pakem-pakem berteater yang ada untuk menciptakan kekinian, bukan memerankan lakon-lakon yang telah ada dan dapat diubah. Pada tahap keempat, setiap peserta workshop benar-benar menjadi pelakon, penulis scenario sekaligus sebagai sutradara, yang mengkomunikasikan sekaligus membahas isu-isu permasalahan sosial yang ada di media massa sehingga bagi penonton teater ini lebih dikenal sebagai teater koran (newspaper theatre). Dalam tahap ini juga muncul Teater Tak Kasat mata (Invisible Theatre) di mana teater dilakukan di ruang publik seperti di pasar atau terminal untuk menarik perhatian mereka yang lalu-lalang di sekitar pementasan. Bagi Boal, tujuan dari setiap bentuk teater yang digubahnya adalah untuk membebaskan masyarakat dari penindasan struktural dan cultural sesuai dengan realitas ruang dan waktu di mana mereka berada. Setiap orang adalah seniman, dan setiap tempat adalah panggung untuk mengekspresikan permasalahan bersama; belajar mengamati permasalahan bersama; lalu melawan bersama demi membebaskan diri sebagai rakyat yang tertindas. b) Teater Rakyat Karena itu, teater untuk pendidikan dapat disebut sebagai teater rakyat atau teater tradisional. Sebaliknya, teater rakyat atau teater tradisional tidak identik dengan teater untuk pendidikan. Mengapa? Sebab, teater rakyat atau teater tradisional tidak selalu berorientasi kepada pendidikan. Teater tradisional seperti ludruk, ketoprak, wayang, jaipongan, dan opera Batak yang bersifat tontonan-hiburan, misalnya, adalah juga teater rakyat. Pada masa Orde Baru, wayang dan ketoprak kerap dimanfaatkan untuk tujuan propaganda atau kampanye, misalnya Keluarga Berencana, pemberian ASI (Air Susu Ibu), dan seterusnya.
Pada dasarnya, setiap bentuk teater yang berorientasi kepada suatu proses pemberdayaan (empowerment) baik yang bersifat penyadaran, mengembangkan sikap kritis, sosialisasi pengetahuan dan nilai-nilai tertentu maupun pengembangan komunitas atau persekutuan, adalah teater untuk pendidikan. Dalam konsep teater ini, penciptaan teater adalah proses saling belajar yang partisipatif. Seluruh tahapan teater, seperti penciptaan cerita atau skenario (yang tidak selalu tertulis), seleksi pemain, latihan peran, ilustrasi musik, dan sutradara dilakukan oleh komunitas. Tentu saja, tahapan-tahapan ini bukanlah proses yang lancar untuk dilalui. Bagi komunitas marjinal dengan tingkat pendidikan yang rendah dan biasa membisu, menemukan dan atau menggali gagasan untuk dituangkan dalam cerita bukanlah proses yang mudah karena memerlukan siasat tersendiri. Proses ini melibatkan aspek spiritual, moral, emosional maupun sosial.
II. Kekuatan Teater Sebagai “Metode” Pendidikan
Teater memiliki pendekatan multi-dimensi yakni pendekatan konseptual-tekstual dan figural/pelukisan sekaligus. Pendekatan konseptual-tekstual mencakup pengolahan pesan yang bertolak dari teks-teks kitab suci, cerita-cerita rakyat, mitos-mitos serta penggalian dan analisis atas realitas sosial dan pengalaman hidup yang dijalani. Sedangkan pendekatan figural mencakup aktualisasi pesan dalam cerita, seni peran maupun dekorasi.
Karena pendekatan multi-dimensi ini, teater jauh lebih mampu untuk proses penyadaran, pembebasan dan mengembangkan komunitas/persekutuan. Apresiasi terhadap kehidupan, kepekaan terhadap diri dan komunitas serta daya imajinasi semakin dilebarkan dan dihidupkan.

T E A T E R

Oleh Toto ST Radik

Sepanjang sejarahnya, terdapat beberapa istilah untuk menyebut seni teater, yakni Drama, Tonil, Sandiwara, Komidi, Lakon, dan Teater.

Drama, berasal dari bahasa Yunani “dram” yang berarti gerak atau perbuatan. Dalam bahasa Inggrisnya “action”. Moulton dalam Dramatic Artis mengemukakan, drama adalah life presented in action atau suatu segi kehidupan yang disajikan dengan gerak. Dengan demikian, gerak (baik berupa bicara, isyarat, maupun gerak-gerik di panggung) merupakan esensi (pokok/utama) dalam drama.

Tonil, berasal dari bahasa Belanda “toneel” yang memiliki arti pertunjukan. Istilah ini mulai dikenal di Indonesia pada jaman penjajahan Belanda sebelum Perang Dunia II. Sandiwara, berasal dari bahasa Jawa “sandhi” yang berarti rahasia, dan “warah” yang berarti ajaran/pengajaran. Jadi Sandiwara dapat diartikan sebagai pengajaran yang disampaikan secara rahasia atau melalui perlambang-perlambang dalam suatu bentuk tontonan. Istilah ini mulai dikenal di Indonesia pada jaman penjajahan Jepang (1942-1945), sebagai pengganti kata toneel yang kebelanda-belandaan.

Komidi, berasal dari bahasa Inggris “comedy” yang berarti suatu bentuk pementasan yang jalinan ceritanya lucu. Namun di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, komidi seringkali dimaksudkan sebagai Komidi Stambul, yaitu suatu bentuk drama yang selalu menyajikan cerita yang diangkat dari Istambul (ibukota Turki waktu itu). Komidi Stambul (bukan komisi jambul! Ini mah istilahnya para anggota dewan, pejabat, dan pengusaha! Heheh!) sering juga disebut Komidi Bangsawan karena hanya disajikan bagi kaum ningrat alias bangsawan.

Lakon, berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai arti cerita atau perjalanan cerita. Istilah ini hanya dikenal dan dipakai di daerah Jawa, Bali, dan Madura serta daerah-daerah yang pernah dipengaruhi Kerajaan Majapahit.

Teater, berasal dari bahasa Yunani “theatron” yang berarti takjub memandang. Pada perkembangan berikutnya, teater mewakili tiga pengertian yaitu: (1) sebagai gedung tempat pertunjukan atau panggung, yakni sejak jaman Thucydides <471-295> dan Plato <428-348>, (2) sebagai publik/auditorium, yakni sejak jaman Herodotus <490-424>, (3) sebagai suatu bentuk karangan pertunjukan.

Teater, dengan demikian, dapat kita artikan dalam dua format: luas (general) dan sempit (spesifik).

Dalam arti kata luas, teater adalah segala macam jenis tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang, ludruk, ubrug, reog, topeng, longser, lenong, tari, musik, sulap, sirkus, dan sebagainya. Bahkan pertandingan sepak bola dan sidang paripurna DPR(D) pun bisa kita sebut sebagai “teater”.

Dalam arti kata sempit, teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dan ditampilkan di atas pentas sebagai suatu bentuk kualitas komunikasi, situasi, gerak/action, yang menimbulkan perhatian kepada penonton/pendengarnya, dan disajikan dengan media percakapan/dialog, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, musik, nyanyian, maupun tarian, didasarkan pada naskah tertulis (sebagai hasil karya sastra) atau tidak tertulis (improvisasi).

Teater, sebagai karya seni, memang berbeda dengan sebuah karya novel atau lukisan. Teater cenderung baru dianggap ada dan terjadi dan eksis pada saat aktor (-aktor) melakukannya dalam sebuah pertunjukan di muka publik atau dipentaskan atau dipanggungkan. Teater juga merupakan tempat pertemuan dari berbagai cabang kesenian sehingga disebut juga multi seni atau seni yang paling kompleks/lengkap. Di dalamnya terdapat seni sastra (naskah cerita/lakon), seni peran, seni tari, seni suara, seni deklamasi, seni musik, dan seni rupa. Oleh karena itu di dalamnya ikut pula terlibat berbagai seniman, sejak pengarang, aktor, sutradara, pelukis, pemusik, koreografer, perancang busana, perancang rias, dan sebagainya dan seterusnya. Bahkan juga tukang lampu, tukang konsumsi, dan entah apa lagi.

Hal tersebut tentu saja membutuhkan organisasi kerjasama yang baik antarseniman dalam suatu kerja bersama (ensamble) yang padu dan utuh. Bahasa politiknya: menjaga persatuan dan kesatuan, bersatu untuk maju, jujur-cerdas-berani, bersama kita bisa, kite keh! (hahaha! Emangnya iklan calon presiden/gubernur/bupati/walikota?)

Suyatna Anirun (alm), seorang tokoh teater dari Studiklub Teater Bandung (STB), pernah mengatakan bahwa teater adalah proses pemanusiaan ide-ide dan untuk mencapai itu teater harus lahir dan hadir dari kekuatan insani. Bukan hanya peragaan (visualisasi) sastra, musik, senirupa, acting, filsafat, dan sebagainya, atau hanya peristiwa dramatik (happening). Maka teater adalah denyut kehidupan itu sendiri yang bergelora dari tubuh dan sukma yang menyatu, menyalakan dan mengungkapkan dan menghidupkan kejujuran diri dan sekelilingnya.

Teater sebagai salah satu puncak perwujudan budaya manusia hanya bisa diciptakan oleh manusia-manusia yang mampu mengenali dan menguasai dirinya sebagai media cipta, memiliki daya imajinasi yang kuat, bersemangat, trampil, dan cerdas, dalam suatu totalitas. Semua itu tentu bukan semata bakat, tapi juga kesabaran dan daya tahan menjalani proses latihan yang panjang, berulang-ulang, terus-menerus, dan berkembang. Inilah bagian paling sulit itu: berproses! Sebab dunia sekeliling kita mengepung dengan segala hal-ihwal yang serba instant, genit, dan palsu. Ditambah lagi dengan hawa nafsu kita yang begitu besar pada sambutan, pujian, dan tepuk-tangan orang-orang lain.

Demikianlah. Selamat berteater!***



Musik

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:

  • Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya
  • Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik

Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.

Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

Aspek-aspek musik

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.

Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam: -Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya -Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik.

Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.

Instrumen-instrumen musik

Alat musik tradisional

Aliran-aliran musik

Berikut adalah daftar aliran/genre utama dalam musik. Masing-masing genre terbagi lagi menjadi beberapa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subjektif, namun merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia.

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, dunia musik mengalami banyak perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang. Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan antara beat-beat elektronik dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Contoh musisi yang mengusung jenis musik ini adalah Frou Frou, Sneaker Pimps dan Lamb. Ada juga hip-hop rock yang diusung oleh Linkin Park. Belum lagi dance rock dan neo wave rock yang kini sedang in. banyak kelompok musik baru yang berkibar dengan jenis musik ini, antara lain Franz Ferdinand, Bloc Party, The Killers, The Bravery dan masih banyak lagi.

Bahkan sekarang banyak pula grup musik yang mengusung lagu berbahasa daerah dengan irama musik rock, jazz dan blues. Grup musik yang membawa aliran baru ini di Indonesia sudah cukup banyak salah satunya adalah Funk de Java yang mengusung lagu berbahasa Jawa dalam musik rock.

Teori musik

Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis maupun menggubah musik, dan keterkaitan antara notasi musik dan pembawaan musik.

Hal-hal yang dipelajari dalam teori musik mencakup misalnya suara, nada, ritme, melodi, harmoni, dan notasi.

Suara

Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

Nada

Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut.

Ritme

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).

Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).

Harmoni

Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

Notasi

Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.

Tinggi nada

Dalam teori musik, tala atau tinggi nada menunjuk pada persepsi atas frekuensi suatu nada. Sebagai contoh, nada A di atas C tengah memiliki tinggi nada yang sekarang diset ekuivalen dengan 440 Hz (sering ditulis "A=440 Hz", dan dikenal sebagai nada konser), sekalipun tidak selalu demikian.

Hubungan relatif antartinggi nada dalam suatu tangga nada dapat ditentukan dengan salah satu sistem tuning atau penalaan. Dalam musik barat, dua belas skala kromatik adalah cara umum organisasi, dengan temperamen sama yang sekarang merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menala skala itu. Dalam temperamen sama, rasio frekuensi dua not yang berurutan adalah \sqrt[12]{2}.

Dalam sistem temperamen baik, cara penalaan yang berbeda dipakai.

Hampir semua sistem mempunyai satu interval yang sama, misalnya oktaf di mana tinggi suatu nada adalah dua kali frekuensinya dari nada yang lain.

Tangga nada

Tangga nada adalah suatu set not musik yang merupakan bagian dari atau merupakan sebuah karya musik.

Tangga nada mayor

Dalam teori musik, skala mayor atau tangga nada mayor adalah salah satu skala diatonik. Skala ini tersusun oleh delapan not. Interval antara not yang berurutan dalam skala mayor adalah

1, 1, 1/2, 1, 1, 1, 1/2

Tangga nada minor melodis

Dalam teori musik, skala minor melodis adalah salah satu skala minor. Skala ini tersusun oleh delapan not. Interval antara not yang berurutan dalam skala minor melodis adalah

1, 1/2, 1, 1, 1, 1, 1/2

Sebagai contoh, skala A minor melodis adalah

A, B, C, D, E, F#, G#, A'

Berbagai variasi dari skala minor adalah:

Tangga nada minor harmonis

Dalam teori musik, skala minor harmonis adalah salah satu skala minor. Skala ini tersusun oleh delapan not. Interval antara not yang berurutan dalam skala minor harmonis adalah

1, 1/2, 1, 1, 1/2, 1 1/2, 1/2

Sebagai contoh, skala A minor harmonis adalah

A, B, C, D, E, F, G#, A'

Berbagai variasi dari skala minor adalah:

Interval (musik)

Karaoke

Karaoke (dari bahasa Jepang カラオケ) adalah sebuah bentuk hiburan di mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan teks lirik yang ditunjukkan pada sebuah layar televisi. Di Asia, karaoke sangat popular.

Secara etimologis kata karaoke merupakan kata majemuk: "kara" () yang berarti “kosong” (seperti dalam Karate) dan "oke" yang merupakan bentuk pendek dari 'orkestra'. Karena kata majemuk ini setengah asing (Inggris) dan setengah Jepang, maka ditulis dengan aksara katakana dan bukan kanji.

Oktaf

Dalam musik, satu oktaf (kadang disingkat menjadi 8ve) adalah interval antara suatu not dengan not lain dengan frekuensi dua kalinya. Perbandingan frekuensi antara dua not yang terpisah oleh interval satu oktaf adalah 2:1.

Skala pentatonik

Dalam musik, skala pentatonik atau tangga nada pentatonik adalah suatu skala dengan lima not per oktaf. Skala pentatonik ditemukan di seluruh dunia: dalam tuning krar di Ethiopia dan gamelan di Indonesia, juga pada melodi dari lagu spiritual Afrika-Amerika dan komponis Claude-Achille Debussy.

Sen (musik)

Sen adalah pengukuran logaritmik dari nada relatif atau interval (musik). 1200 sen adalah sama dengan satu oktaf, dan pada setengah-nada dalam temperamen sama adalah 100 sen. Rumus untuk menentukan nilai sen antara dua not dengan frekuensi a dan b adalah:

n = 1200 \log_2 \left( \frac{a}{b} \right).

Tangga nada diatonik

Dalam teori musik, skala diatonik adalah komponen dasar teori musik dunia Barat. Skala diatonik memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu oktaf. Not-not ini adalah not-not putih pada piano. Dalam notasi solmisasi, not-not tersebut adalah "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si". (Kadang-kadang, 'Si' direpresentasikan dengan 'Ti' agar huruf pertama setiap not berbeda).

Skala mayor dimulai dengan not pertama (Do), dan berakhir sampai not 'Do' yang ada satu oktaf diatas Do yang pertama.

Dalam teori musik, the diatonic major scale adalah bagian penting dalam pembangunan tradisi musik dunia Barat. It contains seven notes to the octave, corresponding to the white keys on a piano, obtained from a chain of six successive fifths in some version of meantone temperament, and resulting in two tetrachords separated by intervals of a whole tone. If our version of meantone is the twelve tone equal temperament the pattern of intervals in semitones will be 2-2-1-2-2-2-1. The major scale begins on the first note and proceeds by steps to the first octave. In solfege, the syllables for each scale degree are "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Ti-Do".

The natural minor scale can be thought of in two ways, the first is as the relative minor of the major scale, beginning on the sixth degree of the scale and proceeding step by step through the same tetrachords to the first octave of the sixth degree. In solfege "La-Ti-Do-Re-Mi-Fa-Sol."

Alternately, the natural minor can be seen as a composite of two different tetrachords of the pattern 2-1-2-2-1-2-2. In solfege "Do-Re-Mé-Fa-Sol-Lé-Té-Do."

Western harmony from the Renaissance up until the late nineteenth century is based upon the diatonic scale and the unique relationships created by this system of organizing seven notes. It should be kept in mind that most longer pieces of common practice music change key, but this leads to a relationship of diatonic scales in one key with those in another, see modulation (music).

The white keys on a piano correspond to the diatonic scale of C major (C-D-E-F-G-A-B-C), with the notes a whole tone apart, except for E-F and B-C, which is an interval of a semitone (half a tone).

Diatonic comes from the greek "diatonikos" or "to stretch out". It is sometimes used to refer to all the modes, but is generally used only in reference to the major and minor scales.

Only certain divisions of the octave, 12 and 20 included, allow uniqueness, coherence, and transpositional simplicity, and that only the diatonic and pentatonic subsets of the 12 tone chromatic set follow these constraints (Balzano, 1980, 1982).

Tidak ada komentar: